Penulis : Om Faisal (diambil dari emailnya Mama)
Saya teringat dengan salah satu dalil Fisika yang dipelajari pada waktu SMA. Dalil tersebut adalah tentang Hukum Kekekalan Energi yang berbunyi 'Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan'. Yang membuat saya teringat dengan hukum tersebut adalah karena obrolan beberapa waktu yang lalu dengan salah seorang teman mengenai rezeki.
Energi adalah suatu hal yang sifatnya abstrak. Dalam beberapa bentuk, rezeki juga merupakan hal yang bersifat abstrak, misal : kesehatan, ketenangan, kebahagiaan, dll. Terlalu sempit rasanya apabila kita hanya memandang rezeki dalam bentuk materi atau uang.
Dengan adanya kesamaan tersebut, saya meyakini bahwa di dunia ini juga berlaku Hukum Kekekalan Rezeki yaitu : 'Rezeki tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan'.
Menurut saya terlalu arogant kalau kita berani mengatakan atau bahkan berpikir bahwa rezeki yang kita terima adalah karena hasil kerja kita (dalam hal ini yang saya maksud adalah rezeki berupa materi/uang). Contoh sederhana yang menjelaskan kondisi ini adalah kalau kita melihat pada bayi yang relatif belum memiliki kemampuan apa2. Walaupun demikian namun rezeki tetap mengalir ke bayi tersebut. Kelanjutan dari hukum kekekalan energi mengatakan bahwa energi hanya bisa diubah dari suatu bentuk (abstrak) ke bentuk yang lain. Dalam kaitannya dengan rezeki, usaha yang kita lakukan pada dasarnya hanya sebagai cara untuk mengalihkan rezeki dari pihak lain (baca pelanggan) ke diri kita.
Dalam beberapa kondisi, terkadang kita lupa pada hal tersebut. Gaji dan fasilitas yang rutin kita terima, membuat kita beranggapan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang pasti kita dapatkan. Padahal tidak demikian kondisinya. Salah satu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari 'krisis global' yang sedang terjadi adalah tidak ada jaminan bahwa perusahaan tempat kita bekerja akan tetap eksis.
Karena rezeki pada dasarnya hanya dapat dipindahkan dari suatu pihak ke pihak lain, maka yang perlu menjadi perhatian kita adalah bagaimana kita memanfaatkan rezeki tersebut pada saat kita memilikinya. Dalam 'Law of Attraction' dikatakan bahwa segala hal yang kita lakukan akan kembali ke diri kita. Artinya kalau rezeki yang kita miliki tidak dimanfaatkan untuk kebaikan (baca hanya disimpan) maka tidak akan ada return yang akan kembali ke kita. Lebih parah lagi apabila rezeki tersebut kita manfaatkan untuk hal2 yang buruk. Return yang akan kita peroleh juga berupa keburukan.
Sangat baik dan bijaksana apabila kita manfaatkan rezeki tersebut untuk kebaikan. Yakinlah bahwa dengan demikian return yang akan kita peroleh adalah kebaikan dengan nilai yang berlipat.Karena itu sahabat, selagi kita masih memiliki rezeki, manfaatkanlah untuk kebaikan. Apabila dengan rezeki tersebut kita bisa membuat orang lain tersenyum bahagia, yakinlah bahwa pada akhirnya senyum kebahagiaan itu akan kembali ke diri kita...
Note:
Kalau kita memberi, maka akan kembali ke kita, itu memang sudah kepastian hukum Allah terhadap alam semesta. Kenapa? Karena materi pada hakikatnya adalah ruang kosong, bukan padat seperti yg dipersepsikan otak kita. Partikel elementer terdiri dari elektron, proton kemudian quark dan arah2 magnet di dalamnya, artinya bagian dalam paling materi adalah kosong, hanya berupa energi/gelombang. Sifat gelombang adalah menjalar, refraksi, difraksi. Dengan demikian maka secara fisik kita melihat satu sama lain terpisah, namun secara hakikat semuanya merupakan untaian gelombang / energi quantum.
Makanya kalau kita memberi ke orang lain akan balik ke kita lagi, karena pada dasarnya kita semua menyatu secara gelombang. Kita merusak alam, maka kita juga yang akan kena akibatnya. Setiap hari atom2 di tubuh kita berinteraksi dengan atom-atom di "luar" diri kita, sehingga terjadi law of attraction, karena memang we are directly connected. Kesadaran ini dimiliki oleh bayi yang memori otaknya belum diisi oleh rasa ke-aku-an. Makanya bayi bisa merasakan hal2 yang tdk bisa kita rasakan, lebih peka. Semakin dewasa otak semakin terkontaminasi oleh rasa ke-aku-an, sehingga semakin tidak peka dan lupa pada hakikat diri sebenarnya.
Energi adalah suatu hal yang sifatnya abstrak. Dalam beberapa bentuk, rezeki juga merupakan hal yang bersifat abstrak, misal : kesehatan, ketenangan, kebahagiaan, dll. Terlalu sempit rasanya apabila kita hanya memandang rezeki dalam bentuk materi atau uang.
Dengan adanya kesamaan tersebut, saya meyakini bahwa di dunia ini juga berlaku Hukum Kekekalan Rezeki yaitu : 'Rezeki tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan'.
Menurut saya terlalu arogant kalau kita berani mengatakan atau bahkan berpikir bahwa rezeki yang kita terima adalah karena hasil kerja kita (dalam hal ini yang saya maksud adalah rezeki berupa materi/uang). Contoh sederhana yang menjelaskan kondisi ini adalah kalau kita melihat pada bayi yang relatif belum memiliki kemampuan apa2. Walaupun demikian namun rezeki tetap mengalir ke bayi tersebut. Kelanjutan dari hukum kekekalan energi mengatakan bahwa energi hanya bisa diubah dari suatu bentuk (abstrak) ke bentuk yang lain. Dalam kaitannya dengan rezeki, usaha yang kita lakukan pada dasarnya hanya sebagai cara untuk mengalihkan rezeki dari pihak lain (baca pelanggan) ke diri kita.
Dalam beberapa kondisi, terkadang kita lupa pada hal tersebut. Gaji dan fasilitas yang rutin kita terima, membuat kita beranggapan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang pasti kita dapatkan. Padahal tidak demikian kondisinya. Salah satu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari 'krisis global' yang sedang terjadi adalah tidak ada jaminan bahwa perusahaan tempat kita bekerja akan tetap eksis.
Karena rezeki pada dasarnya hanya dapat dipindahkan dari suatu pihak ke pihak lain, maka yang perlu menjadi perhatian kita adalah bagaimana kita memanfaatkan rezeki tersebut pada saat kita memilikinya. Dalam 'Law of Attraction' dikatakan bahwa segala hal yang kita lakukan akan kembali ke diri kita. Artinya kalau rezeki yang kita miliki tidak dimanfaatkan untuk kebaikan (baca hanya disimpan) maka tidak akan ada return yang akan kembali ke kita. Lebih parah lagi apabila rezeki tersebut kita manfaatkan untuk hal2 yang buruk. Return yang akan kita peroleh juga berupa keburukan.
Sangat baik dan bijaksana apabila kita manfaatkan rezeki tersebut untuk kebaikan. Yakinlah bahwa dengan demikian return yang akan kita peroleh adalah kebaikan dengan nilai yang berlipat.Karena itu sahabat, selagi kita masih memiliki rezeki, manfaatkanlah untuk kebaikan. Apabila dengan rezeki tersebut kita bisa membuat orang lain tersenyum bahagia, yakinlah bahwa pada akhirnya senyum kebahagiaan itu akan kembali ke diri kita...
Note:
Kalau kita memberi, maka akan kembali ke kita, itu memang sudah kepastian hukum Allah terhadap alam semesta. Kenapa? Karena materi pada hakikatnya adalah ruang kosong, bukan padat seperti yg dipersepsikan otak kita. Partikel elementer terdiri dari elektron, proton kemudian quark dan arah2 magnet di dalamnya, artinya bagian dalam paling materi adalah kosong, hanya berupa energi/gelombang. Sifat gelombang adalah menjalar, refraksi, difraksi. Dengan demikian maka secara fisik kita melihat satu sama lain terpisah, namun secara hakikat semuanya merupakan untaian gelombang / energi quantum.
Makanya kalau kita memberi ke orang lain akan balik ke kita lagi, karena pada dasarnya kita semua menyatu secara gelombang. Kita merusak alam, maka kita juga yang akan kena akibatnya. Setiap hari atom2 di tubuh kita berinteraksi dengan atom-atom di "luar" diri kita, sehingga terjadi law of attraction, karena memang we are directly connected. Kesadaran ini dimiliki oleh bayi yang memori otaknya belum diisi oleh rasa ke-aku-an. Makanya bayi bisa merasakan hal2 yang tdk bisa kita rasakan, lebih peka. Semakin dewasa otak semakin terkontaminasi oleh rasa ke-aku-an, sehingga semakin tidak peka dan lupa pada hakikat diri sebenarnya.
No comments:
Post a Comment
Makasi dah tinggalin comment!