'Jangan membuang sampah sembarangan!'
Sebuah jargon yang lazim digunakan untuk menyelamatkan lingkungan dari tindakan sementara orang yang tidak mengerti akan pentingnya kebersihan. Dalam kehidupan seharihari, sampah identik dengan benda-benda bekas yang kotor dan tidak memiliki nilai guna sama sekali.
Namun, tidak demikian halnya bagi Tim Peneliti di University of California, Davis, USA yang justru mengumpulkan sampah-sampah untuk dijadikan sebuah proyek penelitian. Sejak akhir tahun 2006, mereka telah memulai sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengubah sampah menjadi energi listrik.
Proyek penelitian ini dinamakan SMUD (Sacramento Municipal Utility District). Para peneliti ini memanfaatkan bakteri-bakteri pengurai zat organik untuk menghasilkan energi dari sampah-sampah yang telah dikumpulkan. Secara umum terdapat tiga jenis bakteri yang digunakan untuk melakukan proses pengubahan sampah menjadi energi antara lain yaitu bakteri yang mendekomposisi (menguraikan) karbohidrat menjadi senyawa yang lebih kecil antara lain gula, asam amino dan lemak. Bakteri jenis kedua menguraikan senyawa kecil tersebut menjadi molekul yang lebih kecil lagi antara lain hidrogen, asam asetat dan karbondioksida. Ketiga molekul terakhir ini kemudian diolah oleh bakteri jenis ketiga dan menghasilkan karbodioksida dan metana dengan presentase berkisar antara 60 hingga 80%. Metana inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat menghasilkan listrik. Sumber energy alternatif ini ternyata menghasilkan energi yang cukup besar. Sampah sebanyak 1 ton dapat dikonversi menjadi energi sehingga mampu mencukupi kebutuhan listrik tidak kurang dari 18 rumah tangga. Hal ini tentu saja merupakan sebuah terobosan baru dalam bidang penyediaan energy alternatif untuk kehidupan sehari-hari. Kebutuhan listrik hampir seluruh penduduk dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, sampah terus menerus dihasilkan baik oleh rumah tangga, restoran maupun instansi-instansi pemerintah. Ketersediaan listrik yang semakin hari semakin tidak memadai merupakan problem tersendiri yang harus ditemukan solusinya. Demikian juga dengan sampah yang mengancam kelangsungan hidup manusia dari aspek kesehatan lingkungan. Beberapa waktu yang lalu, penanganan sampah sempat memicu timbulnya polemik masyarakat di daerah Jawa Barat, Indonesia. Terobosan baru, yang dapat dinyatakan sebagai bentuk 'menyelesaiakan masalah dengan masalah', patut ditiru oleh masyarakat Indonesia. Secara prinsip memang tidak semua jenis sampah dapat kita ubah menjadi energi melalui metode seperti yang dilakukan oleh Tim peneliti di University of California, Davis. Sampah yang dapat 'disulap' menjadi energi terbatas pada jenis dampah organik. Namun demikian, upaya untuk “menyelesaikan masalah dengan masalah” ini merupakan salah satu bentuk upaya yang patut, setidaknya, dipertimbangkan mengingat ketersediaan energi di Indonesia semakin lama semakin kurang memadai. Dampak komprehensif di masyarakat luas atas masalah 'kelistrikan' ini telah kita rasakan bersama. Demikian juga dengan sampah.
Nah, apakah kita masih akan membuang sampah pada tempatnya? Bagaimana kalau sampah-sampah itu diberikan bakteri? Bakteri kenyang, kita senang. Sampah hilang listrikpun datang.
Namun, tidak demikian halnya bagi Tim Peneliti di University of California, Davis, USA yang justru mengumpulkan sampah-sampah untuk dijadikan sebuah proyek penelitian. Sejak akhir tahun 2006, mereka telah memulai sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengubah sampah menjadi energi listrik.
Proyek penelitian ini dinamakan SMUD (Sacramento Municipal Utility District). Para peneliti ini memanfaatkan bakteri-bakteri pengurai zat organik untuk menghasilkan energi dari sampah-sampah yang telah dikumpulkan. Secara umum terdapat tiga jenis bakteri yang digunakan untuk melakukan proses pengubahan sampah menjadi energi antara lain yaitu bakteri yang mendekomposisi (menguraikan) karbohidrat menjadi senyawa yang lebih kecil antara lain gula, asam amino dan lemak. Bakteri jenis kedua menguraikan senyawa kecil tersebut menjadi molekul yang lebih kecil lagi antara lain hidrogen, asam asetat dan karbondioksida. Ketiga molekul terakhir ini kemudian diolah oleh bakteri jenis ketiga dan menghasilkan karbodioksida dan metana dengan presentase berkisar antara 60 hingga 80%. Metana inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat menghasilkan listrik. Sumber energy alternatif ini ternyata menghasilkan energi yang cukup besar. Sampah sebanyak 1 ton dapat dikonversi menjadi energi sehingga mampu mencukupi kebutuhan listrik tidak kurang dari 18 rumah tangga. Hal ini tentu saja merupakan sebuah terobosan baru dalam bidang penyediaan energy alternatif untuk kehidupan sehari-hari. Kebutuhan listrik hampir seluruh penduduk dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, sampah terus menerus dihasilkan baik oleh rumah tangga, restoran maupun instansi-instansi pemerintah. Ketersediaan listrik yang semakin hari semakin tidak memadai merupakan problem tersendiri yang harus ditemukan solusinya. Demikian juga dengan sampah yang mengancam kelangsungan hidup manusia dari aspek kesehatan lingkungan. Beberapa waktu yang lalu, penanganan sampah sempat memicu timbulnya polemik masyarakat di daerah Jawa Barat, Indonesia. Terobosan baru, yang dapat dinyatakan sebagai bentuk 'menyelesaiakan masalah dengan masalah', patut ditiru oleh masyarakat Indonesia. Secara prinsip memang tidak semua jenis sampah dapat kita ubah menjadi energi melalui metode seperti yang dilakukan oleh Tim peneliti di University of California, Davis. Sampah yang dapat 'disulap' menjadi energi terbatas pada jenis dampah organik. Namun demikian, upaya untuk “menyelesaikan masalah dengan masalah” ini merupakan salah satu bentuk upaya yang patut, setidaknya, dipertimbangkan mengingat ketersediaan energi di Indonesia semakin lama semakin kurang memadai. Dampak komprehensif di masyarakat luas atas masalah 'kelistrikan' ini telah kita rasakan bersama. Demikian juga dengan sampah.
Nah, apakah kita masih akan membuang sampah pada tempatnya? Bagaimana kalau sampah-sampah itu diberikan bakteri? Bakteri kenyang, kita senang. Sampah hilang listrikpun datang.
Sumber : www.kucingfisika.com
aduhh... kalau udah bisa membuang sampah menjadi energi-tenaga.. kita sepatutnya digalakkan untuk membuat dan membuang sampah agar bisa memperbanyakkan energi... ya kan,. ade bagas.. hhehehe
ReplyDelete