7.17.2008

Gunung Krakatau


Gw seneng banget berada di tepi laut, selalu seneng mandangin laut dan langit yang seolah menyatu, memandang sunset ataupun sunrise, melihat lukisan alam yang luar biasa!
Nah, waktu shooting di Anyer kemarin, sambil memandang ke arah laut dan melihat anak Krakatau (Gunung Rakata) dari kejauhan, otak gw bekerja dan gw beribu pertanyaan melesat muncul dikepala gw, sedahsyat apa peristiwa meletusnya Krakatau 125 tahun yang lalu. Apakah lebih dasyat dari Tsunami di Aceh atau meletusnya Gunung Tambora 1815?. Seberapa besar daya dorong air laut kepermukaan sehingga mampu mengangkat karang sebesar 400 ton (sekarang bisa diliat di Karang Bolong), seberapa tinggi gelombang tsunami yang terjadi, bener ga siy Krakatau yang menyebabkan Pulau Jawa terbelah menjdi dua dan timbul Pulau Sumatera, dan seberapa banyak debu vulkanik yang tersebar... dan banyak lagi pertanyaan yang perlahan menuntut jawaban!
Dan jawabannya tetap harus gw tanya sama Mbah Google yang super tahu!
Sekarang (setelah baca beberapa situs) gw tau semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan gw. Ini hasilnya (ditulis dari 3 situs yang berbeda)..

Gunung Krakatau adalah pulau gunung berapi aktif yang terletak di selat Sunda antara Pulau Sumatera dan Jawa. Ketinggiannya bila diukur dari permukaan laut adalah sekitar 790 meter. Letusan pertama - seperti dilaporkan dalam tulisan Jawa kuno - terjadi sekitar tahun 416 SM ketika sebuah letusan besar menghancurkan gunung dan membentuk kaldera selebar 7 km. Pecahan ini membentuk dua pulau baru yaitu pulau Verlaten dan Lang yang berlokasi di pecahan gunung tersebut, serta pulau Rakata Besar - yang dibentuk oleh tiga buah gunung yaitu Perboewatan, Danan dan Rakata -, Panjang dan Sertung .

Setelah 200 tahun lebih tertidur - aktifitas terakhir terjadi pada bulan Mei 1680-Mei 1681 di gunung Perboewatan - dan didahului oleh serangkaian gempa, aktifitas dimulai pada tanggal 20 Mei ketika terjadi letusan yang terdengar sejauh 160 km dan lontaran debu dan batu setinggi 11 km dari Perboewatan yang dilaporkan oleh kapten kapal Elizabeth - sebuah kapal perang Jerman. Kegiatan vulkanik terus terjadi selama 3 bulan termasuk Danan yang mulai aktif di bulan Juni. Pada tanggal 11 Agustus, gas dan debu dalam jumlah besar keluar dari 7 kantong uap yang terdapat di Perboewatan dan dari kaki dan puncak gunung Danan yang membakar hutan di pulau tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus pukul 1 siang, letusan mulai terdengar dan menyemburkan debu dan asap setinggi 36 km selama 4 jam serta menimbulkan tsunami pertama yang terjadi pada pukul 5 sore. Menjelang sore dan malam, terjadi letusan-letusan yang semakin keras terdengar. Keesokan harinya empat letusan dahsyat terjadi pada pukul 5:30, 6:42, 8:20 (yang terbesar) dan terakhir 10:02 yang semuanya terdengar di lebih dari 1/13 permukaan bumi mulai dari Pulau Rodriguez dekat Kepulauan Mauritius yang berjarak 4653 km dan Srilanka sampai Perth di Australia, menyemburkan debu dan asap ke udara setinggi 80 km dan menimbulkan 9 kali gelombang tsunami. Pada tanggal 27 Agustus ini, Batavia (sekarang bernama Jakarta) yang berjarak hanya 169 km dihantam tsunami setinggi 3 meter pada pukul 12:15 sampai 14:48 dan mengalami penurunan suhu yang cukup signifikan dari 27°C menjadi 18°C serta gelap gulita selama tiga hari.

Air laut yang masuk ke dalam retakan dapur magma menghasilkan uap sangat panas dan tekanan yang tinggi sehingga mampu menghasilkan letusan yang tercatat memiliki Indeks Kekuatan Vulkanik (VEI) bernilai 6 yang disebut juga Colossal. Standar pengukuran ini didasarkan kepada volume debu yang dihasilkan, ketinggian letusan yang diukur dari kawah dan lamanya letusan. Nilai 6 ini berarti memiliki standar ketinggian letusan minimal 25 km, rata-rata ketebalan debu bervolume 10 sampai 100 km3 atau dalam radius 10 mil setebal 10 kaki dan dalam radius 300 mil setebal 1 inci. Kekuatan ini hanya mampu dikalahkan oleh letusan gunung Thera di laut Aegea pada sekitar tahun 1650 SM yang meskipun mempunyai indeks yang sama yaitu 6 (update: direvisi menjadi 7 pada tahun 2004) namun berkekuatan 6½ kali letusan Krakatau, letusan gunung Tambora di Sumbawa pada tahun 1815 yang berindeks VEI 7, dan letusan Gunung Vesuvius di Italia pada tahun 79 SM yang mengubur kota Pompeii dan membunuh penduduknya dengan gas beracun.

Ledakan Krakatau setara dengan 200 megaton TNT dimana 150 megaton diantaranya dihasilkan oleh letusan ketiga. Kekuatan ini 10.000 kali lebih besar dibandingkan dengan kekuatan bom atom "Fat Man" yang dijatuhkan di Nagasaki yang "hanya" berkekuatan 20 kiloton TNT. Bandingkan juga dengan bom terbesar yang pernah dibuat - Tsar Bomba - yang berkekuatan 50 megaton.

Akibat yang ditimbulkan sangat luar biasa. Gelombang kejut yang terbentuk mampu merusak tembok dan menghancurkan jendela pada jarak 160 km. Gelombang tsunami mencapai ketinggian 36-40 meter, menghancurkan 165 desa nelayan dan merusak 132 lainnya di pesisir pantai barat pulau Jawa dan pantai selatan pulau Sumatera serta menelan korban paling tidak 36.417 jiwa. Tsunami bertemperatur tinggi ini mampu menghempaskan kapal Loudon yang sedang bersandar di Teluk Betung, Lampung sejauh 2,5 km ke daratan di ketinggian 10 meter, menghempaskan kapal The Berouw sejauh 3,3 km ke dalam hutan, juga mampu memindahkan terumbu karang seberat 600 ton ke daratan. Gelombang tsunami ini dirasakan di Auckland, Selandia Baru yang berjarak 7.767 km setinggi 2 meter, Aden - sebuah kota di pesisir selatan Jazirah Arab - yang terletak 7.000 km jauhnya dari Krakatau, Tanjung Harapan yang berjarak 14.076 km, Panama yang berjarak 20.646 km, Hawaii, pantai barat Amerika, Amerika Selatan dan bahkan sampai selat Inggris yang berjarak 19.873 km dari Krakatau. Di Tanjung Harapan dan Panama, kecepatan tsunami mencapai rata-rata 720 km per jam.

Debu yang dilontarkan sebanyak 21 km3 - terbawa angin sampai ke Madagaskar - mempengaruhi sinar matahari dan iklim global yang mampu menurunkan suhu di bumi sampai 1,2°C selama beberapa tahun akibat terbawa oleh angin di lapisan Stratosfer. Matahari terlihat biru dan hijau dari beberapa lokasi sebagai akibat dari terlontarnya debu dan aerosol ke stratosfer dan mengelilingi katulistiwa sebanyak 13 kali. Efek lainnya menyebabkan sunset dan sunrise berwarna sangat merah selama hampir 3 tahun yang pada saat pertama kali kemunculannya mampu membuat pemadam kebakaran di kota New York dan New Haven bersiaga penuh. Keanehan-keanehan tersebut juga diabadikan oleh beberapa orang seniman dalam bentuk lukisan seperti lukisan karya William Ashcroft yang melihat fenomena tersebut di tepi sungai Thames pada tanggal 26 Agustus 1883 dan lukisan "The Scream" karya Edward Munch tahun 1893 tentang langit yang berwarna merah darah di Norwegia.

Letusan dahsyat ini menghancurkan 2/3 bagian pulau dari arah utara ke selatan, menghancurkan gunung Perboewatan dan Danan dan hanya menyisakan sebagian gunung Rakata yang terletak di bagian selatan pulau. Danan yang sebelum letusan berketinggian 450 meter di atas permukaan laut berubah menjadi 250 meter di bawah permukaan laut. Dua pulau baru - Calmeyer dan Steers - dari debu vulkanik dan batuan juga terbentuk di sebelah utara hanya dalam waktu semalam meskipun kedalaman laut di daerah itu mencapai 36 meter.

Pada tanggal 29 Desember 1927, letusan di bawah laut di kedalaman 188 meter menandai kebangkitan kembali Krakatau setelah 44 tahun. Kemudian pada tanggal 26 Januari 1928, sebuah kerucut pertama kali muncul di atas permukaan laut dan setahun kemudian Anak Krakatau muncul sebagai pulau yang baru terbentuk yang terletak di tengah-tengah Perboewatan dan Danan dahulu dan diapit oleh pulau Sertung dan Rakata Kecil. Sejak ditemukan, Anak Krakatau terus tumbuh menjadi gunung api yang sangat aktif dengan pertumbuhan rata-rata 5 inci per minggu sampai sekarang telah mencapai ketinggian sekitar 305 meter dari permukaan laut akibat dari beberapa letusan dan aktifitas vulkanik yang terjadi antara lain tahun 1959-1963 dan Maret 1994-Maret 1995. Letusan yang terbesar terjadi pada bulan Mei-Juni 1995 yang menyemburkan debu setinggi 150-400 meter. Laporan aktifitas lengkapnya bisa dilihat di sini.

Catatan:
Buku terlengkap yang membahas tentang meletusnya Gunung Krakatau di tahun 1883 secara detail adalah "Krakatau 1883: The volcanic eruption and its effects" karya Simkin dan Fiske yang diterbitkan tahun 1983 atau buku "Krakatoa : the day the world exploded" karya Simon Winchester yang terbit tahun 2002. Ada yang punya kedua bukunya? Mau donk!!


Gunung Krakatau
Krakatau adalah gunung berapi yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Gunung berapi ini pernah meletus pada tanggal 26 Agustus 1883. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat. Suara letusan Gunung Krakatau sampai terdengar di Alice Springs, Australia dan pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

Letusan Gunung Krakatau
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geoghrapic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluh-lantakkan dalam sejarah manusia moderen. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Sedangkan buku The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Selain itu, ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Akibat letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Anak Krakatau
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan in bakal terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.

Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.

Sumber : Majalah Hidayatullah edisi Agustus 2006.

Senin, 27 Agustus 1883, gunung yang selama 99 hari telah menggeram dan menggeliat-geliat itu akhirnya meledakkan dirinya dan lenyap atau moksa dari muka bumi ini. Selama 65 juta tahun dua pelat tektonik yaitu pelat tektonik oceanik indo australia dan pelat kontinental Asia bergerak perlahan tetapi mantap dan saling menyikut, dengan istiqomah yang ditetapkan penciptanya, dengan kecepatan 4 inchi per tahun atau 100 mm per 365 hari. Hari itu, tanpa disadari oleh banyak orang di Hindia Belanda dengan pusat aktivitas di Batavia, puncak dari pergeseran bawah Planet Bumi yang ada di wilayah Indonesia selama jutaan tahun telah terjadi. Malam sebelumnya The Great World Circus yang melawat ke Hindia Belanda mempertunjukan penampilan terbaik mereka, dan artis-artisnya sekarang telah mendapatkan penginapan baru. Dua malam sebelumnya, terjadi keributan kecil karena mengamuknya seekor gajah kecil dalam hotel Des Indes yang nampaknya mencium hawa amarah wilayah Jawa Barat yang berasal dari Krakatau. Hotel Des Indes merupakan salah satu hotel berbintang dari 3 hotel yang mewah yang ada di ibukota Hindia Belanda Batavia. Itulah selintas kutipan bagaimana penulis buku “Krakatau” Simon Winchester mengilustrasikan apa yang terjadi pada saat menjelang D-Day meletusnya Krakatau, Senin 27 Agustus 1883, 123 tahun yang lalu di Indonesia hari ini. Menjelang titik puncak letusan, Krakatau diketahui telah kejang-kejang dan sekarat selama 20 jam 56 menit. Puncaknya terjadi dengan ledakan mahadahsyat yang oleh semua pengamat disepakati terjadi pada pukul 10.02 pagi dengan gelombang kejut yang menjalar mengelilingi dunia seolah-olah bertasbih sebanyak 7 kali dan mulai berhenti pada pukul 1.23 siang pada hari Senin tanggal 27 Agustus 1883. Pada jam 10.02 pagi, setelah terbatuk-batuk 3 bulan lebih Krakatau pun memuntahkan semua isinya, pulau kecil di selat Sunda yang sejak dahulu kala diketahui menyimpan misteri dengan berbagai sebutan seperti Rakata atau Gunung Kapi alias Karang Api itu pun lenyap memuntahkan semua isinya ke atas langit di Planet Bumi yang gaungnya terdengar berkilometer-kilometer dari tempat asalnya, debunya mengitari bumi selama hampir berbulan-bulan mengubah kontalasi iklim Planet Bumi memasuki wilayah yang tidak menentu. Korban akibat letusan Krakatau diperkirakan mencapai 36.000 jiwa yang umumnya musnah ditelan tsunami akibat melonjaknya air laut ke permukaan dengan ketinggian 30 meter dan menelan segala yang ada di sekitar wilayah letusan, khususnya daerah Banten dan Lampung saat ini. Letusan Krakatau pada tahun 1883 bukanlah letusan yang pertama. Catatan sejarah yang dikutip Simon Winchester menyebutkan bahwa Krakatau diketahui pernah meletus sekitar tahun 416 M (tahun ini merupukan dugaan karena bukti yang kurang kuat), 535 M (bukti cukup sahih), dan tahun 1680 M sebelum letusan tahun 1883. Bahkan, beberapa informasi yang kurang akurat karena diselimuti legenda dan mitos menyebutkan adanya 7 letusan Krakatau diantara periode abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi. Namun, bukti-buktinya kurang akurat. Secara geologis, Krakatau nampaknya merupakan gunung berapi purba yang mempunyai peran juga dalam pembentukan iklim Bumi pada sekitar 60.000 tahun yang lalu, atau sekitar periode zaman es. 15 000 tahun sebelumnya (75 ribu tahun yang lalu), para geolog memperkirakan terjadinya suatu letusan lebih purba dari suatu gunung purba yang saat ini menjadi Danau Toba , yang membawa Planet Bumi memasuki zaman es atau Pleistocene. Krakatau merupakan salah satu gunung berapi purba yang nampaknya menjadi salah satu gunung yang menentukan formasi pembentukan iklim Planet Bumi seperti yang kita lihat saat ini. Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di selat sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang sisi sisinya dikenal sebagai pulau rakata, pulau panjang dan sebuah pulau lagi. Ia merupakan satu dari 3 gunung purba yang masih terlihat. Gunung pertama jauh lebih purba lagi telah hancur menjadi kaldera yang saat ini menjadi Danau Toba di Sumatera Barat, gunung lainnya adalah Gunung Tambora yang juga mempunyai kaldera raksasa dan pernah meletus sekitar tahun 1815 yang melenyapkan dua kerajaan Islam yang ada di Lombok. Baik Toba, Krakatau, maupun Gunung Tambora merupakan bagian dari jajaran gunung berapi di Indonesia yang mengalungi wilayah tengah Indonesia (RING OF FIRE) sebagai zona patahan tektonik paling aktif sampai hari ini. Menurut data terakhir, jumlah gunung berapi di Indonesia ada sekitar 129 buah, 79 diantaranya masih aktif salah satunya adalah Gunung Anak Rakata sebagai gunung anak yang muncul dari tempat dimana dulu bapaknya yaitu Gunung Rakata alias Krakatau 123 tahun yang lalu mengguncangkan Planet Bumi pada tanggal 27 Agustus 1883 dengan korban sekitar 36000 jiwa.

No comments:

Post a Comment

Makasi dah tinggalin comment!

Template dibuat oleh : irshadi bagas